Falsafah Keperawatan
CARING (JOHN WATSON)
DEFINISI FALSAFAH
KEPERAWATAN
Falsafah keperawatan adalah dasar pemikiran yang harus dimiliki perawat
sebagai kerangka dalam berfikir, pengambilan keputusan dan bertindak yang
diberikan pada klien dalam rentang sehat sakit, yang memandang manusia sebagai
mahluk yang holistic, yang harus dipenuhi kebutuhan biologi, psikologi, social,
cultural dan spiritual melalui upaya asuhan keperawatan yang komprehensif, sistematis,
logis, dengan memperhatikan aspek kemanusiaan bahwa setiap klien berhak
mendapatkan perawatan tanpa membedakan suku, agama, status social dan ekonomi.
CARING
Jean Watson (Caring)
Caring adalah suatu ilmu pengetahuan yang
mencakup suatu hal berperikemanusiaan, orientasi ilmu pengetahuan manusia ke proses kepedulian pada manusia,
peristiwa, dan pengalaman. Ilmu pengetahuan
caring meliputi seni dan umat manusia seperti halnya ilmu pengetahuan.
Perilaku caring meliputi
mendengarkan penuh perhatian, penghiburan,kejujuran,
kesabaran, tanggung jawab, menyediakan informasisehingga pasien dapat
membuat suatu keputusan
Falsafah keperawatan menurut Jean Watson
Konsep inti menurut Jean Watson adalah
pentingnya perilaku caring dalam merawat klien
TEORI
CARING DALAM KEPERAWATAN
Perawat merupakan salah satu
profesi yang mulia. Betapa tidak, merawat pasien yang sedang sakit adalah
pekerjaan yang tidak mudah. Tak semua orang bisa memiliki kesabaran dalam
melayani orang yang tengah menderita penyakit. Pengalaman ilmu untuk menolong
sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar. Untuk itu
perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup
ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam
perilaku caring atau kasih sayang/cinta (Johnson, 1989) .
Caring merupakan fenomena
universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan dan
bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam keperawatan
dipelajari dari berbagai macam filosofi dan perspektif etik .
Human
care
merupakan hal yang mendasar dalam teori caring.
Menurut Pasquali dan Arnold (1989)
serta Watson (1979), human care terdiri dari upaya untuk melindungi,
meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu
orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaannya serta
membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri .
Watson (1979) yang terkenal dengan Theory
of Human Care, mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan
transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan
dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan
pasien untuk sembuh .
Caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada
tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri.
Sifat-sifat
caring seperti sabar, jujur, rendah hati. Caring sebagai
suatu rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain. Artinya memberi perhatian
dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berpikir,
bertindak dan berperasaan. Caring sebagai suatu moral imperative
(bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral
baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan
martabat dan menghargai pasien sebagai seorang manusia, bukan malah melakukan
tindakan amoral pada saat melakukan tugas pendampingan perawatan. Caring
juga sebagai suatu affect yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan
belas kasih atau empati terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan bagi pasien. Dengan demikian perasaan tersebut harus ada
dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa merawat pasien .
Caring merupakan pengetahuan kemanusiaan,
inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik . Caring bukan
semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan
memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang
bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan
rasa aman dan keselamatan klien. Sikap caring diberikan melalui
kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring menolong klien
meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan
sosial. Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien
dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan. Dalam memberikan asuhan,
perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan
harapan, selalu berada disamping klien, dan bersikap caring sebagai
media pemberi asuhan. Para perawat dapat diminta untuk merawat, namun tidak
dapat diperintah untuk memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring
.
Spirit
caring
seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati perawat
yang terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang
dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa
dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang berbeda
ketika memberikan asuhan kepada klien .
Beberapa
ahli merumuskan konsep caring dalam beberapa teori. Menurut John Watson,
ada tujuh asumsi yang mendasari konsep caring. Ketujuh asumsi tersebut
adalah
- caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktekkan secara interpersonal,
- caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam membantu memenuhi kebutuhan manusia atau klien,
- caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga,
- caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak hanya saat itu saja namun juga mempengaruhi akan seperti apakah seseorang tersebut nantinya,
- lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri,
- caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dan membantu klien yang sakit,
- caring merupakan inti dari keperawatan (Julia,1995).
John Watson juga menekankan dalam
sikap caring ini harus tercermin sepuluh faktor karatif yang berasal
dari perpaduan nilai-nilai humanistik dengan ilmu pengetahuan dasar. Faktor
karatif membantu perawat untuk menghargai manusia dari dimensi pekerjaan
perawat, kehidupan, dan dari pengalaman nyata berinteraksi dengan orang lain
sehingga tercapai kepuasan dalam melayani dan membantu klien. Sepuluh faktor
karatif tersebut adalah sebagai berikut:
- Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistic.
Perawat
menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien. Selain itu,
perawat juga memperlihatkan kemampuan diri dengan memberikan pendidikan
kesehatan pada klien.
- Memberikan kepercayaan-harapan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan kesehatan
- Menumbuhkan kesensitifan terhadap diri dan orang lain.
Perawat
belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga ia sendiri dapat
menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang lain.
- Mengembangkan hubungan saling percaya.
Perawat
memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yaitu turut
merasakan apa yang dialami klien. Sehingga karakter yang diperlukan dalam
faktor ini antara lain adalah kongruen, empati, dan kehangatan.
- Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien. Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien.
- Penggunaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan. Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien.
- Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.
- Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien.
- Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi.
Perawat
perlu mengenali kebutuhan komprehensif diri dan klien. Pemenuhan kebutuhan
paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya.
- Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis agar pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-kadang seorang klien perlu dihadapkan pada pengalaman/pemikiran yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri (Julia, 1995).
Dari
kesepuluh faktor karatif tersebut, John Watson merumuskan tiga faktor karatif
yang menjadi filosofi dasar dari konsep caring.
Tiga
faktor karatif tersebut adalah: pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik,
memberikan harapan dan kepercayaan, serta menumbuhkan sensitifitas terhadap
diri sendiri dan orang lain (Julia, 1995).
Kesepuluh
faktor karatif di atas perlu selalu dilakukan oleh perawat agar semua aspek
dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan profesional dan
bermutu dapat diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan faktor karatif ini
perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami diri sebelum memahami orang
lain.
Leininger (1991) mengemukakan teori “culture
care diversity and universality”, beberapa konsep yang didefinisikan antara
lain :
- kultural berkenaan dengan pembelajaran dan berbagi sistem nilai, kepercayaan, norma, dan gaya hidup antar kelompok yang dapat mempengaruhi cara berpikir, mengambil keputusan, dan bertindak dalam pola-pola tertentu;
- keanekaragaman kultural dalam caring menunjukkan adanya variasi dan perbedaan dalam arti, pola, nilai, cara hidup, atau simbol care antara sekelompok orang yang berhubungan, mendukung, atau perbedaan dalam mengekspresikan human care;
- cultural care didefinisikan sebagai subjektivitas dan objektivitas dalam pembelajaran dan pertukaran nilai, kepercayaan, dan pola hidup yang mendukung dan memfasilitasi individu atau kelompok dalam upaya mempertahankan kesehatan, meningkatkan kondisi sejahtera, mencegah penyakit dan meminimalkan kesakitan;
- dimensi struktur sosial dan budaya terdiri dari keyakinan/agama, aspek sosial, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi, budaya, sejarah dan bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda;
- care sebagai kata benda diartikan sebagai fenomena abstrak dan konkrit yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan atau perilaku lain yang berkaitan untuk orang lain dalam meningkatkan kondisi kehidupannya;
- care sebagai kata kerja diartikan sebagai suatu tindakan dan kegiatan untuk membimbing, mendukung, dan ada untuk orang lain guna meningkatkan kondisi kehidupan atau dalam menghadapi kematian;
- caring dalam profesionalisme perawat diartikan sebagai pendidikan kognitif dan formal mengenai pengetahuan care serta keterampilan dan keahlian untuk mendampingi, mendukung, membimbing, dan memfasilitasi individu secara langsung dalam rangka meningkatkan kondisi kehidupannya, mengatasi ketidakmampuan/kecacatan atau dalam bekerja dengan klien (Julia, 1995, Madeline,1991).
Sebagai
seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan
secara seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk
klien. Care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang
ibu. Core merupakan dasar dari ilmu sosial yang terdiri dari kemampuan
terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain. Sedangkan cure
merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam memberikan asuhan
keperawatan secara total kepada klien, maka ketiga unsur ini harus dipadukan.
Pandangan
seseorang terhadap caring dipengaruhi oleh dua hal yaitu persepsi
tentang caring dan konsep perawat sebagai disiplin ilmu dan profesi.
Kemampuan caring tumbuh di sepanjang hidup individu, namun tidak semua
perilaku manusia mencerminkan caring.
Keperawatan merupakan suatu proses
interpersonal yang terapeutik dan signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien adalah hubungan perawat-klien yang bersifat profesional
dengan penekanan pada bentuk interaksi aktif antara perawat dan klien. Hubungan
ini diharapkan dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi
keinginan klien untuk bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar